Minggu, Desember 18, 2011

Sebuah Catatan MAHAMERU

 
Muncul keinginan begitu saja menjelajahi gunung Semeru. Setelah awal November kemarin berpetualang menelusuri kawah gunung Ijen yang eksotis,rasanya ketagihan lagi untuk hiking..(hehe padahal gk ada bawaan pecinta alam). Sebagai orang jawa,,warga Malang khususnya yang kotanya dikepung ring of fire-nya jawa timur sangatlah sayang kalau tidak menikmati gunung..prikitiuw
Membaca beberapa literatur petualangan Semeru sepertinya begitu mengasyikkan. Maklum saya bukan pendaki profesional, jadi agak merinding juga sih dengan ketinggiannya (3676 Mdpl). Berhubung sahabat mbolang saya seorang pendaki jadi hilang sudah rasa pesimis karena semangat dari dia.
Berbekal niat dan kesungguhan akhirnya saya dan sahabat mbolang saya bertekad menapaki atapnya Pulau Jawa..ya Mahameru,,puncak abadi para dewa (begitu lagunya Dewa 19 J)
Persiapan matang pun dimulai. Kami mulai mengisi tas carrier dengan logistic,tenda,dan instrumen camping lainnya. Dan yang lebih penting dari semua itu adalah persiapan fisik dan mental (Ingat itu!)
Berangkat dari arah Tumpang kami melaju menggunakan motor matic (sengaja gak nyewa hartop coz cuma berdua..itung-itung hemat biaya) menuju puskesmas desa tumpang untuk mengurus surat kesehatan sebagai syarat pendakian. Sekedar info saja kalau ongkos ojek Tumpang-Ranu Pani bisa mencapai 200ribu rupiah!Kalau hartop mungkin akan 2 kali lipat bahkan lebih (mahal klo untuk ukuran pembolang seperti saya,hehe)
Setelah sarapan nasi rawon di pasar Tumpang kami pun menuju pos pelayanan pendaki (masih di daerah Tumpang) guna mengurus administrasi pendakian seperti surat ijin,karcis masuk dll..

Tumpang,Kab. Malang (gbr msih diedit)
Setelah persyaratan beres kami langsung menuju Ranu Pani (pos terakhir yang dilalui kendaraan bermotor sebelum ke Semeru) melewati desa Poncokusumo. Jalanan lumayan mulus sampe arah coban pelangi dan coban trisula. Tapi setelah itu banyak didominasi jalan pavingan yang sebagian rusak dan berbatu serta menanjak sehingga diperlukan kehati-hatian karena di sisi kanan dan kiri jalan adalah jurang. Perjalanan seperti ini kami tempuh kira-kira 3 jam terus menuju ke dusun gubugklakah lalu desa ngadas (desa penghasil apel) lalu desa Bantengan tempat bermukin suku Tengger. Selama perjalanan mata kami dimanja landscape bromo dari atas bak karpet hijau di sisi kiri jalan serta puncak semeru menjulang gagah di sisi kanan jalan.
Rute yang kami lalui akhirnya menuju Desa Senduro Kab.Lumajang yang diteruskan ke Ranu Pani.

View Bromo dari desa Gubugklakah (gbr msih diedit)


1.Ranu Pani (2000 Mdpl)
Inilah pos pertama pendakian. Kami segera menuju resort untuk menyerahkan surat ijin pendakian kepada petugas. Fasilitas di desa ini sudah baik dengan adanya pondok pendaki, pondok penelitian,pusat informasi,penginapan,serta warung. Panorama desa ranu pani sangat lah sayang kalau dilewatkan begitu saja. Di sini kita bisa menikmati danau ranu pani dengan aktivitas memancing yang mengasyikkan. Sekitar 500 meter dari danau, kita juga bisa menikmati ranu regulo dengan view yang tidak kalah bagusnya. Bahkan kata penduduk sekitar, danau ini sering dijadikan obyek pree weeding :D
Desa Ranu Pani

Ranu Regulo

2. Ranu Kumbolo (2400 Mdpl)
Tracking-pun dimulai. Dengan mengucap Bismillah kami memulai perjalanan menuju Waturejeng melalui jalan setapak yang didominasi pohon tumbang. Jalanan kadang menanjak dan kadang datar. Menuju Ranu Kumbolo kami melewati 4 peristirahatan pos tiap rata-rata 3 km. Maka tak kami sia-siakan begitu saja, walaupun untuk sekedar minum,meluruskan kaki,bahkan bikin kopi (hehe).
Sisa kebakaran hutan di Waturejeng
Istirahat di pos 4
Jarak dari ranu pani ke ranu kumbolo sekitar 10 km,kami tempuh kurang lebih 4jam. Dan kelelahan kami pun akhirnya sirna setelah terbentang danau nan indah di depan mata. Ranu Kumbolo yang selama ini hanya bisa saya kagumi lewat gambar, akhirnya bisa saya saksikan langsung. Hemmm.. lebih bagus aslinya dong(hehe). 
View Ranu Kumbolo dari pos 4
Ranu Kumbolo
Suasana danau mendung & berkabut,maklum lagi musim penghujan. Di akhir pekan ranu kumbolo akan berubah menjadi kampung pendaki yang dipenuhi tenda-tenda. Sayang kami kesini hari senin,jadinya pun sepi. Tapi dengan begitu kami bisa bernarsis ria (hehe). Setelah ishoma dan mengisi air minum kami pun melanjutkan perjalanan menuju kalimati. Sengaja kami tidak mendirikan temda di ranu kumbolo seperti yang biasa dilakukan pendaki semeru. Bisa dibilang perjalanan kami ini patas karena mengejar waktu jangan sampai kemalaman tiba di pos kalimati.

3.Kalimati (2700 Mdpl)
Dimulai dari tanjakan cinta yang menguras tenaga kami menuju padang savana yang luas di oro-oro ombo. Para pendaki menamai daerah ini sebagai bukit telletubies. Yupp..Sesuai namanya, sepanjang mata memandang hamparan bukit hijau yang luas seperti karpet begitu mempesona mata. Alhamdulillah medan relatif datar sehingga kali ini kami lebih santai dan menghemat air minum. 30 menit melewati savana, jalanpun mulai menanjak dan menuju hutan belantara menuju Cemoro Kandang. Lagi-lagi medan didominasi pohon besar tumbang dan sisa kebakaran hutan yang luas. Sangat disayangkan Semeru juga masuk daftar blacklist L gunung di Jawa. Jalanan terus menanjak selama kurang lebih 2 jam menuju Jambangan. Kelelahan pun semakin menjadi karena hujan lebat tiba-tiba turun. Jalan setapak pun berubah menjadi kubangan air yang menambah kepayahan kami. Setelah kurang lebih 3 jam bergelut dengan tanjakan dan kubangan air sampailah kami di kalimati,pos terakhir mendirikan tenda guna mancapai puncak mahameru.
Tanjakan Cinta
Bukit Telletubies
Di sinilah kami bermalam, suhu dingin menusuk tulang, angin kencang serta suara hewan malam mengiringi malam kami. Ditemani kopi,mie goreng dan kehangatan api unggun cukup membuat kami terhibur di tengah senyapnya rimba malam kalimati. 
Puncak Mahameru dari Jambangan
Kalimati
4. Arcopodo (2900 Mdpl)
Arcopodo merupakan daerah yang berada dilereng puncak Gunung Semeru terkadang para pendaki juga mendirikan tenda terakhir disini. Tapi karena medannya cukup menanjak lebih baik mendirikan tenda di kalimati. Pagi hari setelah bermalam dari Kalimati pendakianpun berlanjut ke puncak Jonggring Saloko dengan melewati tanah berpasir dengan kemiringan hampir 60 – 70 derajat. Diperlukan kewaspadaan khusus dalam melewati medan ini karena banyak batu – batu yang longsor oleh angin atau pendaki di atas kita.

5. Puncak Mahameru (3676 Mdpl)
Perjalanan Arcopodo ke Puncak membutuhkan waktu 3-4 jam perjalanan pendakian.Puncak Mahameru atau Puncak Jonggring Saloko memiliki keunikan pada setiap 10 – 15 menit sekali menyemburkan abu dan batuan vulkanik yang didahului semburan asa berwarna hitam kelam membumbung tinggi ke angkasa raya seakan – akan menyelimuti seluruh puncak. Suhu di puncak Mahameru kadang–kadang 0–4 derajat celcius yang disertai kabut yang tebal dan badai angin. 


Sujud syukur kami tundukkan tatkala melihat kebesaran Tuhan dari puncak Mahameru. Trimakasih Semeru... kau tlah mengajarkan pada kami arti sebuah perjuangan dan solidaritas!!

2 komentar:

  1. assalamualaikum...rencana sabtu nati tgl 24 saya berempat sama kawan2 juga mau ke ranu kumbolo...hanya sampai ranu kumbolo dan mancing disana...tidak ke puncak semeru...Insya Allah tahun depan ke puncak semeru....skrang jalan menuju coban pelangi udah bagus ya...soalnya kami kesana bersepda motor....

    BalasHapus
  2. wahh sory br bsa bls!!lama gk aktiv d dumay
    o iya gmna pnglman ke rakum???
    dngr2 mulai awal januari 2012 smpe skrg semeru ditutup untuk pndakian :(

    BalasHapus