Hari itu adalah milik umat islam. Dalam peristiwa Fathul Mekkah (pembebasan Mekkah) itu, Rosululloh beserta ribuan pasukan islam memasuki kota Mekkah dengan segala kekuatan dan kekuatan dan kewenangan yang sudah digenggaman. Kemenangan Islam itu beliau tunjukkan dengan bertawaf, masuk ke dalam ka’bah dan menghancurkan berhala-berhala yang ada disana.
Sementara di kejauhan, di bilik-bilik rumah, ada mata-mata penuh penuh ketakutan terus memandangi Rosul dan pasukan Islam. Beberapa memberanikan diri mendekat, sembari berharap ada pengampunan. Orang kafir pertama diikuti orang kafir kedua dan begitu seterusnya hingga banyaklah jumlah mereka bergabung di tengah-tengah ka’bah. Tak bisa ditutupi, betapa mereka merasakan yang terbalik. Dahulu mereka menghina Rosulullah dan sahabatnya, sekarang kenyataannya merekalah yang bermandi kehinaan dihadapan kejayaan umat Islam. Di forum itu, semua sahabat nabi barangkali tidak akan keliru bila disuruh menunjuk hidung siapa yang dulu pernah menghina, melempari kotoran unta, memboikot dan menyiksa.
Saat semua orang saling beradu, Rosulullah keluar dari pintu ka’bah. Semua mata beralih memandangi Rosululloh yang mulia, beliau kemudian bersabda, “Wahai kaum Quraisy, menurut kalian apa yang akan aku perbuat kepada kalian?”
Satu diantara mereka membuka suara, “Lakukan sesuatu yang baik terhadap kami, engkau ini saudara yang mulia, juga anak saudara yang mulia”
Lihatlah seperti malam yang tak meninggalkan bekas di waktu siang, seprti itulah mereka melupakan perilaku buruk mereka. Padahal di dekat mereka, ada Bilal yang belum lupa bagaimana rasanya tulang rusuk hamper remuk dihimpit batu, kulit punggung Bilal yang mengelupas oleh pasir panas yang masih membekas. Mereka juga seperti melupaka, yang bahwa di barisan itu ada Ammar, yang trauma ibunda dan ayahnya mereka bantai secara keji di hadapannya.
Saat itu Rosululloh bisa saja membalas mereka dengan perbuatan yang setimpal. Apalagi mereka telah berulangkali berkhianat atas sumpah mereka perbuat.
Tapi tidak, Rosululloh ternyata memaafkan mereka. Dengan lembut beliau bersabda, “Pergilah, kalian bebas”.
Karena sifat lembut dan maaf beliau akhirnya hamper seluruh kaum kafir Quraisy memeluk islam dengan sukarela.
Dalam kisah penaklukan kota Mekkah, kita belajar tentang kekuatan memaafkan. Hari dimana dendam bisa saja tertumpah itu Rosululloh justru memaafkan sehingga sejarah pun mencatatnya sebagai penaklukan paling menyejukkan.
Begitulah kekuatan memaafkan. Menyaksikn fragmen kisah diatas, kita akan merasakan betapa memaafkan bukanlah kekalahan melainkan sebuah kemenangan. Suatu kemenangan yang menjadi lebih bermakna karena telah menghadirkan rasa damai dalam diri yang memaafkan dan yang dimaafkan.Rasa damai itu hadir karena kita berhasil memadamkan api dendam, amarah dan kekuatan yang membelenggu. Begitulah mengapa Alloh Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada kita untuk memberi maaf, Alloh berfirman,”Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh.”(QS. Al-A’Raff : 199)
Karena dimaafkan, seseorang berubah menjadi lebih baik. Karena dimaafkan, seseorang menjadi lebih bahagia hidupnya. Seperti itulah Alloh dalam firmanNya diatas menyandingkan “memberi maaf” dan menyuruh orang berbuat ma’ruf” sebagai satu paket yang tak terpisahkan. Sama-sama menginspirasi orang untuk berbuat lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar